Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],

Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ], - Hallo sobat blogger Pendidikan, Posting yang saya unggah pada kali ini dengan judul Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],, Artikel ini bertujuan untuk memudahkan kalian mencari apa yang kalian inginkan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk kalian baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Definisi HIV/AIDS, Artikel Epidemiologi HIV, Artikel Etiologi HIV, Artikel Infeksi HIV/AIDS, Artikel Patofisiologi HIV, Artikel Patogenesis HIV, Artikel Replikasi HIV, Artikel Stadium HIV, Artikel Struktur HIV, yang kami tulis ini dapat kalian pahami dengan baik, semoga artikel ini berguna untuk kalian, jika ada kesalahan penulisan yang dilakukan oleh penulis mohon dimaafkan karena penulis masih newbie. baiklah, selamat membaca.

Judul : Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],
link : Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],

Baca juga


Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],

DEFINISI
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome ) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) yang termasuk famili retroviride. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

ETIOLOGI
Berdasarkan penelitian di Perancis dan AS penyebab defisiensi imunitas selular adalah retrovirus yang disebut Lymphadenopaty Associated Virus (LAV) dan kemudian disebut Human T-cell Leukimia virus III ( HTLV III) atau juga Human T-cell Lymphotropic Virus. Virus ini banyak ditemukan di Afrika Tengah, pada 200 monyet hijau afrika 70% darahnya mengandung virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. Sekarang virus tersebut bernama Human Imunodeficiency Virus (HIV).

EPIDEMIOLOGI
Penularan HIV / AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok resiko tinggi terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna narkotik, pekerja seks komersil dan pelanggarannya, serta narapidana.
Namun, infeksi HIV / AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik kelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian besar4 odha berasal dari kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran dimana presentase penularan secara heteresoksual dan pengguna narkotik semakin meningkat. Beberapa bayi yang terbukti tertular HIV dari ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari tahap penularan heteroseksual.
Sejak 1985 sampai tahun 1996 kasus AIDS masih amat jarang ditemukan di Indonesia. Sebagian besar odha pada periode itu berasal dari kelompok heteroseksual. Kemudian jumlah kasus baru HIV / AIDS semakin meningkat dan sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang terutama disebabkan akibat penularan melalui narkotik suntik. Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV / AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV adalah antara 90.000 samapai 130.000 orang.
Sebuah survey yang dilakukan di Tanjung Balai Karimun menunjukkan peningkatan jumlah pekerja seks komersil ( PSK ) yang terinfeksi HIV yaitu dari 1% padsa tahun 1995 / 1996 menjadi lebih dari 8,38% pada tahun 2000. Sementara itu survey yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan angka infeksi HIV yang cukup tinggi di lingkungan PSK di Merauke yaitu 5-26,5%, 3,36% di Jakarta Utara, dan 5,5% di Jawa Barat.
Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV yang semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar odha yang merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia produktif. Anggapan bahwa pengguna narkotika hanya berasal dari keluarga broken home dan kaya juga tampaknya semakin luntur. Pengaruh teman sebaya ( peer group ) tampaknya lebih menonjol.
Pengguna narkotik suntik mempunyai resiko tinggi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit-bibit penyakit lain yang dapat menular melalui darah. Penyebabnya adalah penggunaan jarum suntik secara bersama dan berulang yang lazim dilakukan oleh sebagian besar pengguna narkotika. Satu jarum suntik dipakai bersama antara 2 sampai lebih dari 15 orang pengguna narkotika.

PATOGENESIS HIV
Struktur HIV
Struktur HIV :
-       HIV adalah retrovirus.
-       Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat.
-    Selubung luarnya, atau kapsul viral, terdiri atas lemak berlapis ganda yang mengandung  banyak tonjolan protein.
-       Duri-duri ini terdiri atas 2 molekul glikoprotein, gp120 dan gp41.
-       Gp mengacu pada glikoprotein dan angka mengacu pada masa protein dalam ribuan Dalton.
-       Gp120 adalah selubung permukaan eksternal duri.
-       Gp41 adalah bagian transmembran.
-       P17 adalah protein matriks yang mengelilingi segmen bagian dalam membrane virus.
-       P24 adalah protein kapsid yang mengelilingi inti.
-     Didalam p24 (kapsid) terdapat 2 untai RNA identik dan molekul preformed reverse transcriptase , integrase, dan prtotease.
-     reverse transcriptase ntuk mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA setalah virus masuk ke sel sasaran.
Target Utama infeksi HIV adalah Limfosit T penolong positif CD4, karena punya virus punya afinitas terhadap molekul permukaan CD4. CD4 punya fungsi mengoordinasi fungsi imunologi yg penting. Jika hilang fungsi akan menyebabkan gangguan respon imun progresif.
Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun antibody ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi yang  kuat melawan infeksi virus, namun ternyata tidak dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dan dari netraliasi oleh antibody dengan melakukan adaptasi pada amplopnya, termasuk kemampuannnya mengubah situs glikolisa-nya, akibatnya konfigurasi 3 dimensinya berubah sehingga netralisasi yang diperantarai antibody tidak dapat terjadi.


Mekanisme Perlekatan dan Replikasi  HIV
Mekanisme perlekatan HIV
Mekanisme duplikasi HIV
Penjelasan :
1.    HIV menginfeksi sel dengan mengkiat permukaan sel limfosit T penolong positif CD4.
2.    Gp120 HIV berikatan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga Gp 41 dapat memerantai fusi membrane virus ke membrane sel dengan bantuan CCR5 dan CxCR4 sebagai koresepor permukaan sel. (perlekatan)
3.    Fusi virus masuk ke dalam sel.
4.    RNA virus masuk ke bagian sitoplasma limfosit CD4+.
5. Terbukanya selubung nukleokapsid dan bekerjanya reverse transcriptase pada RNA untuk menghasilkan DNA salinan (cDNA) untai ganda virus.
6.    DNA untai ganda bermigrasi ke dalam inti sel
7.    Intergrase virus membantu insersi cDNA virus ke dalam inti sel penjamu.
8.    Integrasi ke dalam DNA penjamu menghasilkan suatu provirus dan memicu transkripsi membentuk mRNA, yang meninggalkan inti sel dan masuk ke dalam sitoplasma 
9.      mRNA virus di translasikan menjadi enzim-enzim protein structural virus di sitoplasma.
10.    RNA genom virus dibebaskan ke dalam sitoplasma.
11.    RNA virus bergabung dengan protein-protein inti.
12.    HIV protease memotong dan menata protein virus menjadi segmen-segmen kecil yang mengelilingi RNA virus, membentuk partikel virus yang menular yang menonjol dari sel yang terinfeksi.
13.    Virion HIV baru dibebaskan dari limfosit CD4+ yang terinfeksi dan dapat menyerang sel-sel rentan lainnya di seluruh tubuh.

Replikasi HIV berada dalam keadaan  �steady state� beberapa bulan seteleh infeksi. Kondisi ini bertahan relatif stabil selama beberapa tahun, namun lamanya sangat bervariasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat replikasi tersebut, dengan demikian juga perjalanan kekebalan tubuh penjamu, adalah heterogenitas kapasitas replikatif virus dan heterogeneitas intsrinsik penjamu. 

PATOFISIOLOGI HIV
Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hamper semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap.
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut 3,6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8 � 10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yang perjalananny lambat (non progressor).
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan gejala � gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lelah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberculosis, infeksi  jamur, herpes, dll.
Tanpa pengobatan ARV, walaupun selama beberapa tahun tidak menunjukkan gejala, secara bertahap sistem kekebalan tubuh ornag yang terinfeki HIV akan memburuk, dan akhirnya pasien menunjukkan gejala klinik yang makin berat, pasien masuk tahap AIDS. Jadi yang disebut latensecara klinik (tanpa gejala), sebetulnya bukan laten bila ditinjau dari sudut penyakit HIV. Manifestasi dari awal dari kerusakan sistem kekebalan tubuh adalah kerusakan mikro rsitektur folikel kelenjar getah bening dan infeksi HIV yang luas di jaringan limfoid, yang dapat dilihat dengan pemeriksaan hibridisadi in situ. Sebagian besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan di peredaran darah tepi.
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 setiap hari.
Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna narkotika lebih dari 80% pengguna narkotika terinfeksi virus hepatitis C. infeksi pada katup jantung juga adalah penyakit yang dijumpai pada odha pengguna narkotika dan biasanya tidak ditemukan pada odha yang tertular dengan cara lain. Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding lurus dengan infeksi pneumonia dan tuberculosis. Makin lama seseorang menggunakan narkotika suntikan, makin mudah ia terkena pneumonia dan tuberculosis. Infeksi secara bersamaan ini akan menimbulkan efek yang buruk. Infeksi oleh kuman penyakit lain akan menyebabkan virus HIV membelah dengan lebih cepat sehingga jumlahnya akan meningkat pesat. Selain itu juga dapat menyebabkan reaktivasi virus di dalam limfosit T. akibatnya perjalanan penyakitnya biasanya lebih progresif.
Perjalanan penyakit HIV yang lebih progresif pada pengguna narkotika ini juga tercermin dari hasil penelitian di RS dr. CIpto Mangunkusumo pada 57 pasien HIV asimptomatik yang berasal dari pengguna narkotika, dengan kadar CD4 lebih dari 2000 sel /mm3. Ternyata 56,14% mempunyai jumlah virus dalam darah (viral load) yang melebihi 55.000 kopi/ml, artinya penyakit infeksi HIV nya progresif, walaupun kadar CD4 relatif masih cukup baik.
Perjalanan Penyakit HIV

MANIFESTASI KLINIS
Gejala mayor
         Berat badan menurun > 10 % dalam 1 bulan
         Diare kronik yang berlangsung lebuh dari satu bulan
         Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
         Sakit kepala
         Penurunana kesadaran dan gangguan neurologi
         Demensia / ensefalopati
 Gejala minor
         Batuk menetap lebih dari satu bulan
         Dermatitis generalisata yang gatal
         Herpes zoster berulang
         Kandidosis orofaring
         Herpes simpleks konis progresif
         Limfadenopati generalisata
         Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
 Dari kedua kriteria dan gejala-gejala diatas dapat menentukan stadium dari penyakit, yaitu:
Stadium HIV

TERAPI & TATA LAKSANA
Kini terdapat banyak obat-obatan yang telah diakui untuk HIV. Sayangnya, tidak satupun dari obat-obatan ini mampu menyembuhkan HIV, dan tidak ada obat yang mampu efektif bila dikonsumsi sendirian (satu pil saja). Tapi bila beberapa obat (biasanya tiga butir) dikonsumsi dalam suatu kombinasi, obat-obatan tersebut mampu mengendalikan jumlah virus dalam tubuh serta mempertahankan kesehatan sistim kekebalan tubuh anda. Kombinasi ini disebut Highly Active Anti-Retroviral Therapy, atau HAART.

Obat-obatan HIV terdiri dari empat tipe atau "kelas":
       NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
       NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
       PI (protease inhibitor)
       Fusion inhibitor

Ke empat kelas obat-obatan ini dirancang untuk menghalangi kemampuan HIV untuk mereplikasi diri -- yaitu, untuk berkembang dalam tubuh anda. Tiap kelas obat menghentikan virus pada saat-saat yang berbeda dalam siklus reproduksinya. Anggap HIV sebagai pabrik kembangbiak dalam sebuah sel T. Ia ingin berkembang dalam tubuh anda dan membuat duplikasi dirinya.
    NRTI bekerja seperti batu bata yang pecah sehingga pabrik yang akan dibangun HIV dalam sel T anda terdiri dari batu bata pecah.
     NNRTI bekerja seperti mandor buruk yang selalu memberi petunjuk yang salah kepada HIV dalam proses pembangunan.
    Protease inhibitor adalah para pekerja yang mengimbuhi komponen-komponen rusak dalam tiap virus baru dalam jalur asembli.

Penatalaksanaan HIV/AIDS termasuk terapi ARV (ART) dimaksudkan untuk menghambat replikasi virus.Terdapat empat kelas antiretroviral (ARV) yang tersedia untuk pengobatan HIV. 
1. Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTIs)
Target obat golongan ini adalah enzim /reverse transcriptase/. Sebagai substrat alternatif, berkompetisi dengan nukleosida fisiologis. Stavudin(d4t) dan zidofudin (AZT) analog timidin sedangkan Zalcitabine (ddC), emtricitabine (FTC), dan lamivudine (3CT) analog cytidine.
2. Non-Nukleosida Transcriptase Inhibitors(NNRTIs)
 Sama seperti nukleosida analog target obat golongan ini adalah enzim reverse transcriptase. Namun obat ini langsung berikatan secara nonkompetitif dengan enzim /reverse transcriptase/ pada posisi dekat dengan tempat berikatan nukleosida. Pada akhirnya, akan mengurangi pengikatan nukleosida. Berbeda dengan NRTIs, NNRTIs tidak rerlu diaktivasi dalam sel. Tiga NNRTIs yang diperkenalkan pada tahun 1996 dan 1998 adalah nevirapine, delavirdine dan efavirenz. 
3. Protease inhibitors(PIs)
 HIV protease memotong polipeptida virus menjadi subunit fungsional. Jika enzim protease dihambat maka akan terbentuk partikel virus yang tidak bisa menginfeksi. Contoh PIs adalah indinavir. ritonavir dan saquinavir.
       Fusion inhibitor bekerja seperti gembok pada pintu gerbang pabrik yang menghalangi HIV untuk masuk.
Pemberian ARV
A.  Pemberian ARV jika tersedia tes CD4
 1. Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa memandang jumlah CD4 T limfosit
2. Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 T limfosit <350 sel/mm^3
3. Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 <200 sel/mm^3.
B. Pemberian ART jika tidak tersedia tes CD4
1. Stadium IV WHO, tanpa memandang jumlah limfosit total
 2. Stadium III WHO, tanpa memandang jumlah limfosit total 3
3. Stadium II WHO dengan jumlah limfosit total <1200 sel/mm^3
Efek Samping


Golongan Obat
Nama Obat

Efek Samping
Golongan NRTIs

Lamivudine (3TC)



Stavudine (d4T)


Zidovudine

ZDV atau AZT0


Didanosin (ddI)

Tenofovir (TDF)


Toksisitas rendah, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis Pankreatitis, neuropati perifer, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis, lipoatrofi

Anemia, neutropenia, intoleransi gastrointestinal, sakit kepala, sukar tidur, miopati, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis

insufisiensi fungsi ginjal

Pankreatitis, neuropati perifer, mual, diare, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang)



Insufisiensi ginjal
Golongan NNRTIs

Efavirenz (EFV)


Nevirapine (NVP)


Gejala SSP seperti pusing, mengantuk, sukar tidur, bingung, halusinasi, agitasi peningkatan kadar transaminase, ruam kulit

Peningkatan kadar, aminotransferase serum hepatitis, toksisitas hati yang mengancam jiwa
Golongan Pis

Lopinavir + ritonavir (LPV/r)


Intoleransi gastrointestinal, mual, muntah, peningkatan enzim transaminase, hiperglikemia, pemindahan lemak dan abnormalitas lipid.


 Dosis
ARV
Dosis
Golongan NRTIs
Lamivudine (3TC)
Stavudine (d4T)
Zidovudine (AZT atau ZDV)
Tenofovir (TDF)
 Didanosin (DDI)
150 mg 3 kali/hari
300 mg 1 kali/hari
30 mg 2 kali/hari jika < 60 kg
250 - 300 mg 2 kali/hari
 300 mg/hari
250 mg/hari jika BB< 60kg
400mg/hari jika BB>60kg
Golongan NNRTIs
Efavirenz (EFV)
Nevirapine (NVP)
600 mg 1 kali/hari
200 mg 1 kali/hari selama 14 hari kemudian 200 mg 2 kali/hari
Golongan PIs
Lopinavir + ritonavir (LPV/r)
Kapsul (Lopinavir 133,3 mg + ritonavir 33,3 mg)
3 kapsul 2 kali/hari, 4 kapsul 2 kali/hari bila dikombinasikan dengan EFV atau NVP
Tablet (Lopinavir 200 mg + ritonavir 50 mg)
2 tablet 2 kali/hari bagi pasien baru
3 tablet 2 kali/hari bila dikomsinasikan dengan EFV atau NVP bagi pasien lama


Demikianlah Artikel Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],

Sekianlah artikel Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ], kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ], dengan alamat link http://diktrus.blogspot.com/2012/06/infeksi-hivaids-kedokteran-diktrus.html

0 Response to "Infeksi HIV/AIDS, [ kedokteran-diktrus ],"

Posting Komentar