Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ]

Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ] - Hallo sobat blogger Pendidikan, Posting yang saya unggah pada kali ini dengan judul Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ] , Artikel ini bertujuan untuk memudahkan kalian mencari apa yang kalian inginkan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk kalian baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel sejarah, yang kami tulis ini dapat kalian pahami dengan baik, semoga artikel ini berguna untuk kalian, jika ada kesalahan penulisan yang dilakukan oleh penulis mohon dimaafkan karena penulis masih newbie. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ]
link : Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ]

Baca juga


Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ]

Didong
Didong adalah bentuk kesenian tradisional orang Gayo di daerah bagian tengah provinsi Riau di Sumatera. Kata didong dipercaya berasal dari dendang yang berarti sama dengan denang dan donang dalam bahasa Gayo, berarti menghibur diri sendiri dengan menyanyi diiringi musik sambil bekerja. Didong meliputi seni sastra, suara dan tari.

Pemain menyanyikan syair atau sajak dengan mengikuti iringan musik khusus. Pertunjukkan diperindah dengan gerakan lengan, kepala dan badan. Kelompok didong umumnya terdiri atas 30-35 orang, duduk berkeliling selama pertunjukkan. Empat atau enam di antara mereka dikenal sebagai ceh. Mereka merupakan penyanyi didong. Seorang ceh harus dapat menggubah lagu dan syair serta menyanyikan gubahannya. Pertunjukan didong sering berbentuk pertandingan antara dua kelompok yang harus saling berbalas sindiran dan cemoohan. Pada awalnya didong diadakan sebagai bagian dari keramaian untuk merayakan perkawinan, hari-hari libur penting dan upacara tradisional lainnya. Kemudian berubah menjadi cara untuk menghormati dan menghibur tamu Pertunjukan didong diadakan sebagai hiburan umum dengan bantuan panitia. Panitia mencari dana untuk membangun mesjid atau sekolah. Pertunjukkannya akan diadakan beberapa malam. Karcis dijual, dan untukmenarik pembeli, acara mengentengahkan kelompok-kelompok didong terkenal.

 Pertandingan didong memakan waktu hampir sepanjang malam dengan dua kelompok yang bertanding tampil bergantian. Tiap kelompok diberi waktu 30 menit setiap pergelaran. Kedua kelompok melakukan pergelaran bersama, sambil memberi setiap ceh kul (ceh besar) kesempatan menggelar sajak permintaan maafnya atas sindiran dan cemoohan yang tidak dimaksudkan sebagai hinaan. Pemenang ditetapkan oleh juri yang khusus ditunjuk untuk menghakimi pertandingan. Juri terdiri atas tiga orang ahli kesenian didong dan diketahui bersikap netral dan objektif



Demikianlah Artikel Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ]

Sekianlah artikel Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ] dengan alamat link http://diktrus.blogspot.com/2016/06/sejarah-kesenian-tradisional-didong.html

0 Response to "Sejarah kesenian tradisional Didong, [ DIKTRUS ] "

Posting Komentar