Judul : Ekuitas, [ diktrus akutansi ]
link : Ekuitas, [ diktrus akutansi ]
Ekuitas, [ diktrus akutansi ]
A. Pengertian
Ekuitas didefinisikan secara sintaktik artinya, ekuitas didefinisikan secara mekanik atau procedural dalam kaitannya dengan elemen-elemen statement keuangan yang lain. Ekuitas adalah Hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-sama mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan. Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam hal:
1. Penyelesaian klaim.
2. Akses terhadap aset, operasi, dan keputusan.
3. Substansi ekonomik perjanjian.
B. Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasikan atas dasar dua komponen penting yaitu : modal setoran dan laba ditahan.
Modal setoran:
Invested capital, original capital, original investment
Modal yuridis:
Legal capital, formal capital, restricted capital, stated capital, capital stock
Modal setoran lain (agio saham):
Paid-in surplus, unrestricted capital, paid-in capital in excess of capital stock, capital in excess of par (stated value), capital surplus, stock premium.
C. Tujuan Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah :
1. Efisiensi dan kepengurusan manajemen
2. Riwayat dan prospek investasi pemilik
3. Tanggung jawab yuridis pemilik
Untuk mencapainya harus tersedia informasi:
1. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2. Pembatasan pembagian dividen dan likuidasi
3. Batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
D. Modal Setoran dibedakan dengan Laba Ditahan
Pembedaan antara modal setoran dengan laba ditahan antara lain :
1. Untuk mencapai tujuan penyajian
2. Berbeda sumbernya
3. Berbeda kandungan informasinya (dana dasar versus daya melaba)
4. Penyebab perubahan berbeda esensinya (pendanaan versus produktif)
5. Transaksi modal versus operasi
Ditinjau dari sumber, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang saham yaitu :
1. Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham.
2. Jumlah rupiah apresiasi/revaluasi aset fisis
3. Jumlah rupiah donasi dari nonpemegang saham
4. Hak minoritas dalam statemen konsolidasian / laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian deviden.
5. Sumber lainnya
E. Modal Yuridis versus Modal setoran lain.
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain (kreditor).
Besarnya modal yuridis dengan modal setoran lain dapat dibedakan sebagai berikut :
Karakteristik saham | Modal yuridis | Modal setoran lain/agio |
Bernominal Takbernominal/ bernilai nyataan Takbernominal/ takbernilai nyataan | Cacah saham beredar X nilai nominal per saham (disebut modal saham). Cacah saham beredar X nilai nyataan per saham (disebut nilai nyataan) Seluruh penerimaan hasil penerbitan saham | Kelebihan di atas modal saham (paid-in capital in excess of capital stock) Kelebihan di atas nilai nyataan (paid-in capital in excess of stated capital) Tidak ada |
F. Perubahan Modal Setoran.
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal. Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian deviden. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya adalah :
1. Pemesanan saham
Pada umumya, investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan terlebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan saat pemesanan. Syarat-syaratnya :
- Tidak dapat dibatalkan
Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan.
- Pelunasan tidak terlalu lama
Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam perioda yang cukup pasti.
2. Obligasi terkonversi
Dalam hal tertentu, perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak pemegang obligasi dalam perioda konversi tertentu.
Dalam hal ini, ada nilai yang dapat digunakan sebagai basis kapitalisasi:
a. Nilai bawaan obligasi atau nilai buku
b. Harga pasar obligasi
c. Harga pasar saham
3. Saham istimewa terkonversi
Dapat diubah statusnya menjadi saham biasa atas kehendak pemegang saham istimewa. Dengan pendekatan pertama, nilai nominal saham prioritas plus porsi premium /diskun ditransfer ke modal pemegang saham dan premium/diskon modal pemegang saham biasa. Pendekatan kedua dapat juga diterapkan. Kalau ada selisih antara harga pasar baik saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harus dikomponen ke atau dari laba ditahan.
4. Dividen saham
Deviden saham adalah distribusi deviden dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Pembagian dividen nonkas dalam bentuk saham yang disertai kapitalisasi atau tidak. Penilaian untuk menentukan kapitalisasi laba ditahan adalah :
a. Menggunakan dasar nominal saham.
b. Harga pasar saham.
5. Hak beli saham
- Hak beli saham adalah hak yang diberkan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak beli saham juga dapat dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai deviden saham dengan nilai sebesar harga pasar hak beli saham.
- Opsi saham merupakan instrument yang digolongkan sebagai sekuritas turunan saham atau derivative saham. Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang member hak kepada karyawan perusahaan (termasuk manajer atau pimpinan) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula yang disebut �ESOP�.
- Waran
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham dengan menjual kupon pembelian saham atau waran.
6. Saham treasuri.
Transaksi yang jelas mengarungi modal setoran adalah penarikan kembali saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Alasannya:
a) Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam proses program opsi saham. Dengan penggunaannya, proporsi saham yang masih beredar tidak berkurang dibandingkan kalau digunakan saham baru.
b) Saha tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan dalam transaksi penggabungan usaha.
Konsep Satu-Transaksi
Konsepnya adalah karena pembelian saham treasuri dan penjualannya kembali dianggap sebagai satu transaksi. Artinya pembelian dan penjualan dianggap satu transaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan saham treasuri tersebut.
Konsep Dua Transaksi
Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi ekuitas pemegang saham, sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap sebagai penerbitan saham baru.
Perubahan Laba Ditahan
Secara umum, perubahan laba ditahan ditahan berubah karena laba atau rugi operasi dan pembagian dividen. Hal-hal khusus yang ikut mempengaruhinya antara lain:
1) Penyesuaian Periode Lalu
Penyesuaian Periode Lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu, bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang, tetapi sebagai penyesuai terhadap laba ditahan awal periode sekarang. Dimaksudkan untuk menjadikan laba ditahan awal periode sekarang menunjukkan saldo yang semestinya seandainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam perioda yang lalu.
2) Koreksi Kesalahan dalam Laporan Keuangan Sebelumnya
a. Koreksi Sebagai Penyesuai Laba Ditahan
Penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah dilaporkan dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap laba ditahan untuk semua kasus kecuali koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal.
b. Koreksi sebagai penyesuai Modal setoran Lain
Kalau pemisahan modal setoran dan modal operasi harus tetap dipertahankan maka tidak tepat untuk menggunakan modal setoran untuk menyerap koreksi atas laba yang pernah dilaporkan kecuali kalau:
- Laba bersih tahun berjalan dan laba ditahan telah habis
- Penyesuaian yang memperngaruhi modal setoran tersebut mendapat persetujuan pemegang saham
- Laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi tanggal
c. Koreksi sebagai komponen statemen laba rugi
Statemen laba rugi kumulatif yang didasrkan atas statemen-statemen terdahulu harus menunjukkan laba/rugi komprehensif sepanjang riwayat perusahaan samapi tanggal sekarang
3) Pengaruh Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi:
- Perubahan prinsip / metode akuntansi
Misalnya adalah pergantian metode depresiasi dari presentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan dapat disebabkan oleh terbitnya standar baru yang menetapkan metode tertentu atau menolak sama sekali metode tertentu.
- Perubahan taksiran akuntansi
Perubahan ini dapat terjadi akibat dapat terjadi akibat dari ditemukannya fakta baru atau informasi baru atau akibat pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan bersangkutan dengan taksiran tertentu
- Perubahan kesatuan pelaporan
Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan organisasi yang dilaporkan dalam statemen keuangan.
Perlakuan:
- Penyesuaian Retroaktif
Metode ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu sebagai penyesuaian periode lalu
- Penyesuaian Sekarang
Metode ini mengakui seluruh pengaruh perubaham dalam laba periode yang lalu sebagai komponen dalam menghitung laba perode sekarang
- Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metode ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu ke periode sekarang dan beberapa periode mendatang yangb sesuai.
4) Kuasi-reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi tanpa melalui reorganisasi secara hokum yang dilakukan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit. Proses ini terdiri dari langkah-langkah berikut:
- Asset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai wajar pada saat reorganisasi
- Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar untuk menutup defisit.
- Saldo debit laba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/ premium modal saham.
Peruahaan yang dapat melakukan kuasi-reorganisasi adalah:
- Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material
- Perusahaan harus memiliki sstatus kelancaran usaha dan memiliki prospek baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan
- Perusahaan tidak menghadapi permohonan kepailitan
- Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang beraku
- Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.
Syarat perusahaan yang dapat melakukan kuasi-reorganisasi adalah:
- Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material
- Perusahaan harus memiliki sstatus kelancaran usaha dan memiliki prospek baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan
- Perusahaan tidak menghadapi permohonan kepailitan
- Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang beraku
- Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.
Setelah kuasi-reorganisasi, laba ditahan akan bersaldo nol dan mungkin masih terdapat sisa agio saham.Kuasi reorgaisasi tidak akan dilakukan kalau laba ditahan masih dapat menyerap defisit dan kuasi reorganisasi yang memenuhi syarat tidak dengan sendirinya merugikan kreditor.
Penyajian Modal Pemegang Saham
Urutan penyajian kewajiban dn modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan mengalami defisit dan dalam kondisi perusahaan dlikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan urutan penyajian rugi, sedangkan dalam kondisi likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan perlindungan yuridis bagi para penyedia dana dalam hal terjadi likuidasi.
URUTAN PENYERAPAN RUGI
Secara umum yang telah dikorbankan (expired) menjadi biaya akan diserap melalui aliran pendapatan kotor. Hal ini berkaitan paa umumnya dengan pengakuan biaya atas dasar konsumsi manfaat (consumption of benefit) dalam kondisi operasi normal. Dalam hal terjadi pengorbanan kos akibat hilangnya manfaat menjadi rugi, rugi tersebut akan diserap dahulu melalui laba bersih dan hanya dalam keadaan yang sangat khusus maka kos tersebut dapat diserapkan oleh kelompok modal pemegang saham. Jadi, urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa (sequence of charges) dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pendapatan kotor.
2. Laba bersih.
3. Laba ditahan.
4. Premium modal saham.
5. Modal saham.
Urutan penyerapan rugi seperti diatas sebenarnya merupakan asumsi atau tradisi semata-mata walaupun hal tersebut dapat dikuatkan dalam bentuk standar akuntansi. Hal ini didasarkan pada pikiran bahwa berbagai dana yang ditanamkan menjadi aset perusahaan akan lebur menjadi begitu lumatnya menjadi satu kesatuan aset. Jika demikian, rugi timbul akibat keseluruhan kegiatan yang didanai dari berbagai sumber. Oleh karena itu, sebenarnya tidak mungkin lagi menyatakan bahwa rugi berkaitan dengan sumber dana tertentu (laba bersih, laba ditahan, atau modal).
Penempatan laba bersih di atas laba ditahan untuk menyerap rugi dilandasi oleh alasan untuk mencegah kecenderungan manajemen untuk melaporkan rugi secara terpisah dari statemen laba-rugi dan langsung membebankan ke kelompok modal pemegang saham. Alasan tersebut juga menjadi argumen untuk memunculkan konsep laba komprehensif. Dengan konsep ini, semua rugi dalam bentuk dan jenis apapun dimasukkan dalam statemen laba-rugi tahun terjadinya atau tahun dapat diakuinya rugi tersebut.
Urutan penyerapan rugi seperti diatas juga dapat dipandang sebagai urutan menikmati untung. Dengan demikian, semua untung luar biasa (selain yang timbul akibat transaksi saham perusahaan) harus dimasukkan sebagai unsur dalam mengukur laba bersih sebelum dipindahkan ke laba ditahan. Kalau laba luar biasa langsung ditambahkan ke laba ditahan dikhawatirkan bahwa pengaruhnya terhadap laba akan terlewatkan. Oleh karena itu, tidak selayaknyalah kalau untung langsung ditambahkan ke laba ditahan atau premium modal saham tanpa melalui statemen laba-rugi.
URUTAN MENERIMA DISTRIBUSI ASET
Urutan perlindungan menunjukkan siapa yang harus didahulukan dalam menerima distribusi aset atau siapa yang menanggung segala akibat dalam kasus perusahaan dilikuidasi. Urutan ini menjadi basis penyajian untuk kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Karyawan dan pemerintah
2. Kreditor berjaminan.
3. Kreditor takberjaminan (unguaranteed creditors).
4. Pemegang saham prioritas.
5. Pemegang saham biasa.
Dengan urutan perlindungan seperti diatas, pemegang modal saham biasa adalah yang paling akhir dilindungi alias tidak ada perlindungan sama sekali. Modal saham biasa ini merupakan hak atas kekayaan yang terbuka terhadap risiko dan paling terpengaruh terhadap hasil kegiatan perusahaan, baik hasil yang menguntungkan maupun yang merugikan. Perlindungan di atas secara umum juga menjadi basis penyajian kewajiban dan ekuitas dalam neraca. Jadi, cukup beralasanlah kalau kewajiban disajikan lebih dahulu baru kemudian ekuitas pemegang saham. Hubungan antara urutan penyerapan rugi dan urutan perlindungan yang terefleksi dalam penyajian di neraca dilukiskan dalam Gambar 11.1 di bawah ini.
Gambar 11.1
Penyajian Secara Umum Kewajiban dan Ekuitas dalam Neraca
Dan Hubungannya Dengan Urutan Perlindungan
Kewajiban
Modal saham istimewa
Agio saham istimewa
Urutan Penyerapan Rugi Urutan Perlindungan
Modal saham biasa
Agio saham biasa
Laba ditahan
PERINCIAN LABA DITAHAN
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan memerincinya atas dasar tujuan (by purposes) dengan cara yang disebut apropriasi (appropriation) dan pembatasan (restriction).
PERINCIAN ATAS DASAR SUMBER
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua sumber laba ditahan tersebut dipertajam.
PERINCIAN ATAS DASAR TUJUAN PENGGUNAAN
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait.
Perincian semacam itu sebenarnya tidak perlu dan tidak mempunyai manfaat informasional karena statemen aliran kas telah mengandung informasi tersebut. Jadi, penyertaan statemen laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada perincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya �cadangan ekspansi.�
Ada kalanya, dalam rangka kebijakan dividen, perusahaan yang mempunyai rencana membagi dividen menyisihkan laba ditahan menjadi �cadangan pembagian dividen� sebelum mengumumkan dividen. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia untuk keperluan tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa penyisihan hanya akan bermakna bila di sisi aset disisihkan benar-benar sejumlah rupiah untuk tujuan penyisihan tersebut. Misalnya, disisihkannya laba ditahan untuk jaminan sosial mungkin akan bermanfaat kalau sejumlah kas disisihkan untuk keperluan tersebut. Akan tetapi, penyisihan kas itu sendiri sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa aset tidak dapat digunakan untuk keperluan selain yang telah ditetapkan sehingga laba ditahan tidak perlu disisihkan. Penyisihan laba ditahan akan berlebihan secara informasional.
Laba ditahan pada dasarnya tidak lebih daripada sebagai bagian hak pemegang saham atas dana yang tertanam dalam seluruh aset sebagai kesatuan sehingga tidak diperlukan perincian laba ditahan. Jumlah rupiah laba ditahan tidak dapat diidentifikasi atas dasar ke jenis aset apa jumlah rupiah tersebut terikat. Seperti juga modal setoran, laba ditahan terikat dalam aset sebagai satu kesatuan. Ini berarti bahwa setiap bentuk klasifikasi laba ditahan atas dasar untuk apa jumlah rupiah laba ditahan digunakan dalam perusahaan adalah bersifat hipotesis belaka dan sama sekali tidak bermakna.
Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujuan penyerapan kemungkinan rugi atau ketidakpastian lainnya (contingencies). Penyisihan ini juga tidak bermakna karena pada dasarnya total jumlah rupiah laba ditahan dapat dipandang sebagai penyangga atau cadangan umum (general purpose buffer). Kalau memang terdapat suatu tuntutan ganti rugi atau klaim yang suatu saat memang harus dipenuhi maka jumlah rupiahnya (bila perlu ditaksir) harus ditunjukkan sebagai kewajiban. Kalau ketidakpastian tersebut tidak lebih dari sekedar kemungkinan dan khususnya apabila jumlah rupiah kerugiannya tidak dapat ditentukan maka suatu catatan kaki akan cenderung lebih informative daripada penyisihan laba ditahan.
LABA KOMPREHENSIF
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba-rugi. Pos-pos operasi dalam arti luas sebagai lawan pos-pos transaksi nonpemilik meliputi pos-pos operasi utama, pos-pos tambahan, dan pos-pos yang sifatnya khusus atau luar biasa tetapi berasal dari transaksi nonpemilik. Masalah tecretis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statemen laba-rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal ini, ada dua pendekatan yang dapat dianut yaitu kinerja sekarang atau normal (current atau normal performance approach) dan semua termasuk atau surplus bersih (all-inclusive atau clean surplus approach).
LABA KINERJA SEKARANG
Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam statemen laba-rugi pos-pos operasi yang dianggap bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan asset (sumber ekonomik) untuk mencapai tujuan utama. Pendukung pendekatan ini mengajukan beberapa argumen sbb:
- laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk perioda berjalan sehingga laba harus bebas dari hal-hal yang mengaburkan efisiensi. Efisiensi, yang diukur atas dasar kembalian atas aset (return on assets), merupakan angka penting untuk memprediksi kemampuan laba masa datang.
- laba merupakan pengukur kinerja manajemen. Oleh karenanya, laba haruslah angka yang benar-benar merupakan hasil penggunaan sumber ekonomik yang ada dalam batas-batas pengendalian manajemen. Faktor-faktor yang terjadi di luar kendali manajemen harus dikeluarkan dari perhitungan laba. Ini berarti, laba yang harus disajikan dalam statemen laba-rugi adalah laba yang berasal dari operasi normal.
- laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antarperioda dan antarperusahaan secara bermakna. Hal ini hanya dapat dilakukan kalau angka laba hanya berisi pos-pos yang bersifat operasi dan rutin.
- karena fiksasi fungsional (functional fixation) pembaca statemen laba-rugi yang hanya melihat angka akhir, pemasukan pos-pos luar biasa dalam statemen laba-rugi dapat menyesatkan pemakai.
LABA SEMUA-TERMASUK
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan transaksi modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba-rugi adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas usaha yang memandang statemen laba-rugi merupakan penggalan aliran operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang. Untuk dapat memprediksi kemampuan melaba jangka panjang, statemen laba-rugi tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disajikan sebagai serangkaian statemen laba-rugi sepanjang umur perusahaan. Dengan demikian, laporan laba-rugi periodik (tahunan) harus memuat pos-pos yang tidak normal (regular) atau luar biasa. Tidak ada pos selain yang berasal dari transaksi pemilik langsung masuk atau menerobos ke statemen laba ditahan.
ALASAN MENDASAR
Dari segi pemanfaatan, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aset keuangan dan aset tetap sehingga keduanya mempunyai pengaruh yang sama terhadap laba. Lawan dari konsep pemanfaatan aset adalah konsep aset kapital (capital asset). Konsep ini membedakan aset kapital (yang terdiri atas aset tetap fisis) dan aset lainnya sehingga pengaruh transaksi aset kapital (terutama yang luar biasa) terhadap laba harus berbeda dengan transaksi aset lainnya. Berikut ini dibahas argumen Patton dan Littleton mengenai pemanfaatan aset.
KONSEP PEMANFAATAN ASET
Statemen laba-rugi harus menyajikan secara efektif semua akibat dari pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secara keseluruhan. Misalnya saja, kalau laba normal yang dilaporkan melalui statemen laba-rugi sudah memuaskan, kemungkinan pembaca akan melalaikan sama sekali arti pentingnya suatu penghapusan fasilitas fisis yang sudah ketinggalan zaman sebelum wqaktunya dihentikan yang langsung dibebankan ke laba ditahan. Pembaca mungkin kelewatan untuk menanyakan apakah laba yang dilaporkan pada tahun-tahun sebelumnya memang sudah benar kalau manajemen cukup jeli dalam mengantisipasi perubahan teknologi. Manajemen mengelola aset yang dipercayakan kepadanya. Memang ada berbagai cara untuk memanfaatkan aset. Penggunaan aset yang utama adalah untuk menghasilkan barang atau jasa untuk mendatangkan laba. Dalam hal ini, aset atau sumber ekonomik akan berkurang dengan terjadinya kos produksi, biaya, dan rugi, serta akan bertambah dengan terjadinya pendapatan, laba, dan untung luar biasa. Penggunaan aset yang kedua adalah untuk dijadikan jaminan kontrak utang atau pendanaan dan untuk alat pelunasan kontrak tersebut. Dalam hal ini, aset akan berkurang dengan dibayarnya utang dan dikembalikannya modal dan akan bertambah dengan adanya pinjaman atau modal baru. Karena perbedaan mendasar ini, perubahan akibat pemanfaatan aset untuk tujuan yang berbeda ini harus dipisahkan dengan tegas dan jelas tetapi harus tetap dalam kategori perubahan akibat transaksi operasi (nonpemilik). Dengan kata lain, perubahan tersebut harus dilaporkan melalui statemen laba-rugi.
Memang ada perbedaan antara biaya dan rugi (expenses and losses), dan antara laba dan untung luar biasa (income and special gains) tetapi juga ada kesamaannya (similarities) yang mendasar yaitu semuanya merupakan perubahan akibat pemanfaatan aset untuk tujuan produktif. Bagi para pemakai statemen keuangan, justru kesamaan mendasarlah yang lebih penting daripada perbedaannya. Kemungkinan kesalahan interpretasi akan lebih besar dalam pelaporan terpisah daripada dalam pelaporan komprehensif.
Kekhawatiran bahwa pemakai akan salah interpretasi kalau laba normal tidak ditonjolkan tidak beralasan lagi. Bukan zamannya lagi bahwa statemen keuangan harus disusun untuk orang awam yang hanya membaca sambil lalu angka pada baris terakhir statemen laba-rugi dan tidak lebih dari itu. Yang diperlukan sekarang adalah statemen keuangan yang memungkinkan untuk ditelaah dan dianalis oleh ahli yang mempunyai pengetahuan tentang kegiatan bisnis dan ekonomik serta bersedia untuk belajar dengan cukup tekun (willing to study the information with reasonable diligence). Dalam kenyataannya, para investor lebih bergantung pada hasil analisis para ahli atau analis profesional daripada pada hasil keputusannya sendiri yang didasarkan atas interpretasi yang naif terhadap statemen keuangan perseroan.
KONSEP ASET KAPITAL
Sebagai lawan konsep pemanfaatan aset, konsep ini membedakan fungsi aset lancar dan aset tetap. Dengan demikian, perubahan aset tetap karena penjualan atau penghentian berbeda dengan perubahan karena pemanfaatan aset untuk menciptakan laba (melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi pemberhentian aset harus dilaporkan terpisah sebagai penyesuai laba ditahan. Laba atau rugi ini dipandang sebagai transaksi modal karena dianggap modal pemegang saham tertanam dalam aset tetap. Ini berarti jenis aset fisis tertentu sebagai potensi jasa dianggap berbeda dengan aset lainnya sehingga rugi atau laba yang melekat pada jenis aset tertentu dapat dilaporkan terpisah dari perubahan aset yang berkaitan langsung dengan biaya dan pendapatan.
Namun beberapa ahli menyangkal konsep di atas. Secara konseptual, laba atau rugi yang berkaitan dengan dengan pemanfaatan aset tetap tidak berbeda dengan laba atau rugi yang berkaitan dengan pengelolaan aset lancar. Lagipula, tidak ada alasan kuat untuk mengaitkan aset tetap fisis dengan kontribusi modal oleh investor karena jenis aset tertentu secara umum tidak dapat ditelusuri dengan pasti asal sumber dananya. Dengan kata lain, jumlah rupiah dana melekat dan campur jadi satu (commingled) dalam aset secara keseluruhan. Dengan dasar pikiran ini, tidaklah dapat dibenarkan untuk menggolongkan laba atau rugi tertentu sebagai �rugi kapital� (capital loss) yang sebenarnya tidak lebih daripada laba atau rugi biasa lantaran pemanfaatan aset.
PENYAJIAN LABA KOMPREHENSIF
Laba komprehensif merupakan salah satu elemen statemen keuangan. Laba komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang berasal dari sumber-sumber nonpemilik. Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan bagaimana penyajian dalam statmen laba-rugi. Berikut ini memuat komponen-komponen pembentuk statmen laba-rugi.
Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi
- Seksi operasi utama (major operating activities section) :
- Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
- Kos barang terjual (cost of goods sold)
- Biaya penjualan (selling expenses)
- Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
- Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :
- Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
- Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
- Pajak penghasilan (income taxes)
- Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
- Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
- Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of changes in accounting principles)
- Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of changes in accounting estimates)
- Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity) termasuk pos-pos penerobos
Pada nomor 6 dan 7 dalam Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi juag dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan keduanya disebut pengaruh kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian kumulatif akuntansi (cumulative accounting adjustments) sehingga pos-pos selain yang masuk dalam kategori ini disebut dengan perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity). Karena pada nomor 1 sampai 8 semuanya masuk dalam statemen laba-rugi, angka bersih yang diperoleh disebut dengan laba komprehensif (comprehensive income). Tujuan dimasukkannya nomor 8 dalam statemen laba-rugi adalah untuk mencegah penyembunyian atau penghilangan (omissions) secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari statemen laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah mencegah penyalahgunaan (abuse).
Nomor 6 dan 7 dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai perubahan ekuitas nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari nomor 1 sampai 5 disebut dengan laba perioda (earnings) dan laba perioda setelah nomor 6 dan 7 disebut laba perioda bersih (net earnings) atau tetap laba bersih. Bila terjadi rugi, laba komprehensif menjadi rugi komprehensif. Laba komprehensif dapat disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik total (total nonowner changes in equity).
Terdapat dua pendekatan penyusunan statemen laba-rugi untuk menyajikan nomor 1 sampai 8. Pendekatan satu-statemen (one-statement approuch) menyajikan kedelapan komponen tersebut dalam satu statemen yang diberi judul statemen laba-rugi dan laba-rugi komprehensif (statement of income and comprehensive income). Pendekatan dua-statemen memisahkan pelaporan komponen 1 sampai 7 dalam statemen laba-rugi (statement of income) dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih dalam statemen laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income).
Biaya bunga (interest expenses) dimasukkan dalam komponen biaya lainnya dan rugi. Angka bersih setelah biaya lainnya dan rugi serta pajak penghasilan disebut laba dari operasi berlanjut (income from continuing operatios). Jadi, komponen 1 sampai 3 disebut komponen operasi (dalam arti luas) dan membentuk laba dari operasi berlanjut. Hal ini berarti bahwa pos-pos dalam komponen pendapatan lainnya dan untung atau biaya lainnya dan rugi tidak dipandang sebagai pos-pos nonoperasi. Oleh karena itu, pos-pos dalam komponen 4 sampai 8 sering disebut pos-pos takregularatau takteratur (irregular items). Pengertian takregular menjadi masalah bila dikaitkan dengan makna takumum atau takbiasa (unusual) dan luar biasa atau ekstraordiner (extraordinary). Persoalannya adalah kapan suatu pos harus dikategori sebagai komponen 2, 5, atau lainnya. Bila masuk komponen 5, apakah pos tersebut takbiasa atau luar biasa. Kriteria unutk mengklasifikasi suatu kejadian atau transaksi yang membentuk pos-pos luar biasa yaitu :
a. ketakbiasaan (unusual nature)
b. ketakseringan keterjadian (infrequency of occurence)
c. materialitas (materiality)
Untuk mengkategori suatu kejadian atau transaksi ke dalam pos luar biasa, ketiga karakteristik tersebut harus dipenuhi. Ketakbiasaan berarti bahawa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos mempunyai tingkat keabnormalan yang tinggi dan harus jelas-jelas merupakan jenis yang sama sekali tidak berkaitan atau hanya berkaitan secara insidental dengan kegiatan perusahaan dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan. Ketakseringan keterjadian / terjadinya berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos merupakan jenis yang bukan harapan umum atau yang tidak diantisipasi akan terjadi di masa datang dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan.
Materialitas berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos harus diklasifikasi secara terpisah sebagai pos luar biasa hanya kalau iumlah yang terlibat material dalam kaitannya dengan atau relatif terhadap angka laba sebelum pos luar biasa, kecenderungan (trend) laba perioda sebelum pos luar biasa, atau ukuran materialitas yang lain. Bila suatu pos material teapi hanya memenuhi kriteria a atau b, tidak dapat diklasifikasi sebagai pos luar biasa.
Contoh pos-pos yang dapat dimasukkan dalam kategori ini misalnya adalah penghapusan piutang, sediaan, serta kos riset dan pengembangan; untung atau rugi penjabaran valuta asing termasuk akibat devaluasi atau revaluasi; untung atau rugi pelepasan segmen bisnis; untung atau rugi penjualan aset fisis; efek pemogokan; dan penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang. Intinya, pos-pos material yang tak biasa atau taksering, tetapi tidak keduanya, masuk dalam kategori ini. Mereka dilaporkan dalam seksi / komponen terpisah di atas pos ekstraordiner. Dapat juga dilaporkan dalam seksi operasi tambahan kalau jumlahnya tidak material.
Berikut ini adalah contoh Penyajian Statemen Laba-Rugi Komprehensif Pendekatan Dua Statemen:
PT ABC
Statemen Laba-Rugi
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 200X
(dalam rupiah)
Pendapatan / Penjualan 51.680.000
Kos barang terjual (28.430.000)
Laba kotor penjualan 23.250.000
Biaya penjualan dan administratif (12.500.000)
Laba dari operasi utama 10.750.000
Pendapatan lainnya dan untung 1.630.000
Biaya lainnya dan rugi (795.000) 835.000
Laba dari operasi berlanjut, sebelum pajak 9.915.000
Pajak penghasilan (2.225.000)
Laba dari operasi berlanjut 7.690.000
(income from continuing operations)
Operasi hentian, setelah pajak (290.000)
Laba sebelum pos ekstraordiner dan pengaruh 7.400.000
kumulatif perubahan akuntansi
Pos-pos ekstraordiner, setelah pajak 150.000
Laba perioda (earnings) 7.550.000
Pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, setelah pajak 365.000
Laba perioda bersih (net earnings) / laba bersih 7.915.000
PT ABC
Statemen Laba-Rugi Komprehensif
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 200X
(dalam rupiah)
Laba perioda bersih 7.915.000
Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya:
Penyesuaian penjabaran mata uang asing 314.500
Untung belum terealisasi atas sekuritas 56.500 371.000
Laba komprehensif 8.286.000
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pos-pos takregular dilaporkan seperti pada contoh di atas. Pos-pos material yang tidak memenuhi kriteria ekstraordiner dilaporkan terpisah antara seksi operasi hentian dan seksi pos ekstraordiner. Di bawah ini melukiskan kaidah keputusan untuk menyajikan semua pos atau komponen pembentuk statemen laba-rugi komprehensif.
Pedoman Penyajian Pos-Pos Pembentuk Statemen Laba-Rugi
Statemen laba-rugi harus disajikan sedemikian sehingga mengungkapkan berbagai unsur kinerja keuangan yang bermanfaat bagi pemakainya. Oleh karena itu, statemen laba-rugi minimal harus menyajikan dan menonjolkan hal-hal berikut :
- pendapatan
- laba atau rugi usaha
- biaya pinjaman
- bagian dari laba atau rugi perusahaan terafiliasi dan terasosiasi yang diperlakukan dengan metode ekuitas
- pajak penghasilan
- laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
- pos luar biasa
- hak minoritas
- laba atau rugi bersih perioda berjalan
Ketentuan tersebut bersifat umum dan berlaku untuk perusahaan jasa, perdagangan, maupun pemanufakturan. Butir b sebenarnya adalah laba antara setelah pendapatan atau butir a dikurangi dengan biaya-biaya usaha. IAI sendiri tidak secara eksplisit menentukan apa saja yang harus masuk dalam statemen laba-rugi. Yang jelas, versi laba komprehensif memasukkan ke dalam statemen laba-rugi semua komponen perubahan ekuitas nonpemilik. Dalam �Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi� di atas, komponen 1 sampai 7 pada dasarnya merupakan komponen perubahan ekuitas nonpemilik sedangkan komponen 8 merupakan komponen perubahan ekuitas nonpemilik selain 1 sampai 7 sehingga disebut other nonowner changes in equity. Termasuk dalam komponen 8 adalah pos-pos penerobos yang masuk pula dalam statemen laba-rugi komprehensif. Telah disinggung alasan pemasukan pos-pos ini adalah untuk mengantisipasi perkembangan masa datang dan untuk menghindari penyalahgunaan dalam bentuk manajemen laba. Namun demikian, faktor atau perubahan ini dapat menimbulkan masalah penyajian. FASB menyatakan hal ini sebagai berikut :
Dalam PSAK no.25, IAI mengenalkan konsep laba atau rugi dari aktivitas normalyang dalam PSAK no.1 disebut sebagai laba atau rugi usaha. Konsep ini sama dengan konsep FASB yang disebut laba dari operasi berlanjut. PSAK no.25 juga mengenalkan konsep laba atau rugi untuk perioda berjalanyang merupakan angka bersih dari komponen berikut:
a. laba atau rugi dari aktivitas normal, dan
b. pos luar biasa
Dari uraian dalam PSAK no.25 dapat dikatakan bahwa laba atau rugi untuk perioda berjalan setara dengan konsep laba perioda (earnings) yang dikemukakan FASB. Dapat dikatakan demikian karena komponen operasi hentian (operasi yang tidak dilanjutkan) dalam PSAK no.25 dapat diperlakukan sebagai pos aktivitas normal atau pos luar biasa bergantung pada kondisi yang melingkupi.
Konsep aktivitas normal yang digunakan IAI tampaknya digunakan untuk menunjuk apa yang oleh FASB disebut komponen regular sehingga yang tidak masuk dalam komponen aktivitas normal dapat disebut sebagai komponen takregular. Walaupun demikian, pengertian pos luar biasa menurut PSAK no.25 tampaknya lebih luas daripada pengertian menurut FASB. Hal ini terlihat dari ketentuan bahwa komponen operasi hentian dan perubahan estimasi akuntansi dimungkinkan untuk dilaporkan sebagai pos luar biasa (pasal 20 dan 28).
Karena ada pos-pos penerobos, IAI tidak menerapkan konsep penyusunan statemen laba-rugi semua-termasuk secara penuh. Dengan kata lain, laba bersih (angka akhir) dalam statemen laba-rugi versi IAI tidak dapat dikatakan sebagai laba komprehensif penuh. Dalam PSAK no.25 tidak dibahas atau dikenal yang disebut efek kumulatif perubahan akuntansi yang harus dilaporkan dalam statemen laba-rugi berjalan (currently) sebagai alternatif perlakuan. Pendekatan semacam ini disebut dengan current atau catch-up method sebagaimana dicontohkan dalam Penyajian Statemen Laba-Rugi Komprehensif Pendekatan Dua Statemen di atas. Walaupun demikian, PSAK no.25 memperlakukan perubahan estimasi akuntansi sebagai komponen statemen laba-rugi.
Berikut ini merupakan ringkasan perlakuan terhadap komponen-komponen takregular dalam PSAK no.25 dan cara penyajiannya.
Komponen-Komponen Takregular dalam PSAK no.25 dan Penyajiannya
Komponen Perlakuan dan Penyajian
Pos luar biasa Komponen laba-rugi. Disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan ditambah pengungkapan dalam catatan kaki mengenai hakikat dan pertimbangan keputusan
Operasi hentian Komponen laba-rugi. Ditambah pengungkapan
(yang tidak dilanjutkan) dalam catatan kaki mengenai hakikat dan pertimbangan keputusan.
Tidak memenuhi kriteria luar biasa : disajikan sebagai pos dalam kegiatan normal.
Memenuhi kriteria luar biasa : disajikan sebagai pos luar biasa.
Ada unsur ketidakpastian : disajikan sebagai pos kebergantungan (contingencies)
Perubahan estimasi akuntansi Komponen laba-rugi. Disajikan dalam perioda terjadinya dan perioda akan datang atau prospektif (bila perlu) ditambah pengungkapan dalam catatan kaki mengenai hakikat perubahan. Disajikan dalam klasifikasi yang sama dengan yang digunakan sebelumnya untuk estimasi yang bersangkutan.
Kesalahan mendasar Penyesuai laba ditahan dengan kewajiban penyesuaian retrospektif bila dipandang praktis ditambah pengungkapan dalam catatan kaki tentang hakikat dan informasi lain yang berpaut.
Komponen laba-rugibila kesalahan tidak mendasar.
Perubahan kebijakan akuntansi Penyesuai laba ditahan secara retrospektif atau prospektif ditambah pengungkapan tentang alasan perubahan dan informasi lain yang berpaut.
Demikianlah Artikel Ekuitas, [ diktrus akutansi ]
Sekianlah artikel Ekuitas, [ diktrus akutansi ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Ekuitas, [ diktrus akutansi ] dengan alamat link http://diktrus.blogspot.com/2012/01/ekuitas-diktrus-akutansi.html
0 Response to "Ekuitas, [ diktrus akutansi ] "
Posting Komentar