Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ]

Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ] - Hallo sobat blogger Pendidikan, Posting yang saya unggah pada kali ini dengan judul Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ] , Artikel ini bertujuan untuk memudahkan kalian mencari apa yang kalian inginkan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk kalian baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Akuntansi Keuangan, yang kami tulis ini dapat kalian pahami dengan baik, semoga artikel ini berguna untuk kalian, jika ada kesalahan penulisan yang dilakukan oleh penulis mohon dimaafkan karena penulis masih newbie. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ]
link : Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ]

Baca juga


Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ]

Kas
  1. Kas yang meliputi uang tunai, simpanan di bank yang setiap saat dapat diambil (giro) dan kertas berharga lainnya yang dapat diuangkan pada bank atau lembaga keuangan lain sebesar nilai nominalnya, harus diawasi dengan baik. Salah satu cara pengawasan agar likuiditas perusahaan terjamin maka harus disusun anggaran kas. Untuk menyusun anggaran maka diperlukan kemampuan memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang akan datang. Pengeluaran kas sebaiknya digunakan check, sedangkan untuk pengeluaran yang berjumlah relatif kecil sebaiknya disediakan dana tertentu yang dinamakan �Dana Kas Kecil� Ada dua cara pencatatan kas kecil yaitu sistem dana tetap dan sistem dana berfluktuasi. Perbedaan pokok dari kedua sistem tersebut, yaitu pada sistem dana tetap, pengeluaran dari dana kas kecil tidak perlu di jurnal, seperti pada sistem dana berfluktuasi.
  2. Untuk mengadakan pengawasan kas di bank maka setiap akhir bulan dibuat �rekonsiliasi bank� untuk menentukan sebab-sebab terjadinya perbedaan saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo kas menurut laporan bank. Ada beberapa bentuk rekonsiliasi bank, yaitu berikut ini.
    1. Rekonsiliasi saldo menurut catatan perusahaan dengan saldo menurut laporan bank untuk mendapatkan saldo yang benar atau rekonsiliasi untuk menentukan saldo yang benar. Hasil akhir dari rekonsiliasi ini, yaitu saldo menurut perusahaan dengan saldo menurut bank akan sama. Rekonsiliasi bentuk ini sering disebut rekonsiliasi dua kolom.
    2. Rekonsiliasi dan identifikasi berbagai penyebab terjadinya perbedaan antara saldo menurut perusahaan dengan saldo menurut laporan bank. Menurut bentuk ini maka saldo menurut catatan perusahaan dianggap yang benar sehingga bertitik tolak dari saldo menurut laporan bank menuju saldo menurut catatan perusahaan.
  3. Kadang-kadang rekonsiliasi diperluas penggunaannya, yaitu untuk menguji kebenaran penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu mencocokkan kesamaan jumlah penerimaan, pengeluaran maupun saldonya menurut catatan perusahaan dengan menurut laporan bank. Dalam rekonsiliasi ini terdapat dua bentuk rekonsiliasi, yaitu berikut ini.
    1. Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari saldo menurut laporan bank menuju saldo menurut catatan perusahaan. Dengan kata lain, rekonsiliasi ini menganggap bahwa saldo menurut bentuk ini sering dinamakan rekonsiliasi 4 kolom.
    2. Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari masing-masing saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir menuju kepada saldo yang benar. Rekonsiliasi bentuk ini sering dinamakan rekonsiliasi delapan kolom.

Klasifikasi Piutang dan Piutang Wesel
  1. Piutang menurut sumber terjadinya dapat dibedakan menjadi piutang usaha dan piutang nonusaha. Piutang usaha timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normal perusahaan. Sedangkan piutang di luar piutang usaha dikelompokkan sebagai piutang lain-lain atau piutang nonusaha.
  2. Piutang usaha yang didukung dengan promes (surat kesanggupan membayar) dikelompokkan sebagai wesel tagih (piutang wesel). Piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.
  3. Surat wesel biasanya berisi informasi tentang pihak yang akan menerima pembayaran, pembuat surat wesel, tanggal dan jatuh tempo wesel, jumlah nominal, dan bunga wesel (kalau ada). Bunga wesel dinyatakan dalam angka persentase yang menunjukkan tingkat bunga dalam satu tahun.
  4. Bila perusahaan memerlukan dana (uang) segera perusahaan dapat mendiskontokan piutang weselnya ke lembaga-lembaga keuangan. Pendiskontoan ini tidak sama dengan penjualan, sebab perusahaan masih bertanggung jawab terhadap pelunasan wesel yang didiskontokan tersebut. Artinya, apabila lembaga keuangan tidak berhasil menagih surat wesel yang didiskontokan maka perusahaan berkewajiban melunasinya. Selisih antara nilai wesel saat jatuh tempo dengan hasil pendiskontoan akan dicatat perusahaan sebagai biaya bunga atau pendapatan bunga. Piutang wesel yang didiskontokan dalam neraca harus diungkapkan dan diklasifikasikan sebagai utang bersyarat.
  5. Piutang wesel yang telah kedaluwarsa harus diklasifikasikan menjadi piutang usaha sebesar nominalnya ditambah bunganya. Kecuali kalau dipastikan piutang wesel yang kedaluwarsa tersebut akan segera dilunasi oleh debitur.

Piutang Wesel
  1. Wesel tagih dicatat sebesar nilai tunainya, yaitu jumlah uang yang diterima oleh si peminjam uang. Masalah penilaian akan timbul bila si debitur tidak menerima uang, tetapi menerima aktiva tetap, barang atau jasa dari jasa dari si kreditor.
  2. Transaksi wesel antara 2 belah pihak yang bebas selalu akan menyangkut bunga. Dalam wesel berbunga nilai tunai wesel akan sama dengan nilai nominal wesel, sedangkan pada wesel tanpa bunga nilai nominal sudah implisit (tersirat) di dalamnya bunga wesel. Oleh sebab itu, pada wesel tanpa bunga nilai tunainya harus dihitung dulu sebelum dicatat dalam pembukuan. Tetapi apabila wesel tersebut menyangkut periode satu tahun atau kurang maka wesel tersebut dapat dicatat sebesar nilai nominalnya.
  3. Dalam pertukaran aktiva tetap, barang atau jasa dengan wesel maka harus ditentukan nilai tunai dari wesel tersebut. Nilai tunai dari wesel tersebut adalah harga kontan dari aktiva tetap, barang atau jasa yang dipertukarkan. Perbedaan antara nilai tunai dengan jumlah yang akan diterima pada saat wesel jatuh tempo dibebankan sebagai bunga.

Piutang Usaha
  1. Piutang dan utang harus diklasifikasikan dalam kelompok lancar dan tidak lancar. Piutang usaha, piutang wesel, piutang bunga, dan sebagainya yang diperkirakan dapat diterima pembayarannya dalam tempo satu tahun atau kurang dihitung sejak tanggal neraca harus disajikan sebagai elemen aktiva lancar. Utang usaha, utang wesel, utang bunga, utang gaji, dan sebagainya yang harus dibayar dalam waktu satu tahun atau kurang harus disajikan dalam neraca sebagai elemen utang lancar.
  2. Piutang dalam neraca dilaporkan sebesar nilai realisasinya atau sejumlah yang diharapkan dapat ditagih. Selisihnya disajikan dalam pos cadangan kerugian piutang. Akuntansi untuk kerugian piutang bisa menerapkan metode langsung dan metode cadangan. Dalam metode langsung kerugian piutang diakui pada saat piutang betul-betul diketahui tidak dapat ditagih. Pada saat tersebut perusahaan akan membuat jurnal dengan mendebet rekening Biaya Kerugian Piutang dan mengredit rekening Piutang Usaha. Dalam metode cadangan kerugian piutang ditaksir setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian debet rekening Biaya Kerugian Piutang dan kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang. Biaya kerugian piutang tidak berbeda dengan biaya-biaya lain dan akan disajikan dalam laporan rugi-laba, sedangkan rekening cadangan kerugian piutang akan disajikan dalam neraca sebagai lawan rekening piutang usaha.
  3. Di dalam menaksir biaya kerugian piutang (cadangan kerugian piutang) perusahaan dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan rugi-laba dan pendekatan neraca. Pendekatan rugi-laba digunakan untuk menaksir besarnya kerugian piutang. Dan untuk penghitungan digunakan persentase tertentu dari penjualan (yang paling tepat adalah penjualan kredit neto) selama periode tertentu. Sedangkan pendekatan neraca dipakai untuk menaksir jumlah cadangan kerugian piutang dengan cara menganalisis piutang yang diragukan pengumpulannya. Cara yang paling umum adalah dengan menggunakan daftar umur piutang.
  4. Utang dan piutang usaha yang terjadi antara perusahaan yang sama harus disajikan secara tersendiri, tidak boleh disajikan jumlah netonya saja. Untuk piutang yang bersaldo kredit dalam neraca harus dilaporkan sebagai utang dan untuk utang yang bersaldo debet harus disajikan sebagai elemen piutang.

Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas
  1. Selain dengan cara penagihan piutang usaha juga dapat digunakan sebagai sumber kas (pembelanjaan), dengan cara menjadikan sebagai jaminan (pledging), asinyasi (assignment), dan menjualnya (factoring). Apabila piutang usaha dijadikan jaminan maka tidak menimbulkan masalah akuntansi khusus. Piutang usaha yang dijaminkan tidak perlu disendirikan, hanya saja dalam penyajiannya pada neraca harus diungkapkan.
  2. Dalam hal terjadi asinyasi piutang usaha maka piutang usaha yang diasinyasikan harus disendirikan, dan pinjaman dari lembaga keuangan dicatat sebagai utang wesel. Asinyasi biasanya pula dilakukan atas dasar non-notification, artinya si debitur perusahaan (yang utangnya diasinyasikan) tidak diberitahu tentang adanya asinyasi tersebut. Asinyasi dapat pula dilakukan atas dasar notification, yang berarti pelanggan atau debitur diberi tahu tentang adanya assinyasi ini dan diperintahkan untuk membayar utangnya langsung kepada lembaga keuangan. Dalam asinyasi, jumlah yang dipinjam perusahaan lebih kecil daripada jumlah piutang yang diasinyasikan. Akan tetapi, pengumpulan piutang melebihi jumlah pinjaman kelebihannya tetap menjadi hak assignor. Sebaliknya bila hasil penagihan lebih kecil daripada jumlah pinjaman, assignor tetap bertanggung jawab terhadap pelunasan jumlah pinjamannya kepada assignee.
  3. Penjualan piutang usaha (factoring) merupakan hal yang baru di negara kita. Akan tetapi, factoring ini sudah dikenal di dunia usaha Indonesia, terutama di kota-kota besar. Dalam factoring risiko kredit dan penagihan dilimpahkan kepada pembeli piutang usaha (factor) sehingga perusahaan tidak bertanggung jawab lagi terhadap adanya kerugian piutang dan biaya penagihan. Untuk melindungi factor terhadap kemungkinan adanya retur dan keringanan penjualan, factor dapat menahan sebagian dari harga beli piutang sampai dengan selesainya perjanjian factoring.

Pengertian Persediaan
  1. Persediaan adalah barang yang diperoleh perusahaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali atau diolah lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normalnya. Persediaan dalam perusahaan pengolahan akan terdiri atas persediaan bahan baku dan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
  2. Apabila selama perusahaan menyimpan persediaan terjadi inflasi maka perusahaan akan mendapatkan laba semu akibat kenaikan harga ini. Laba semu ini yang disebut dengan istilah holding gains merupakan laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen. Manajemen dan pembaca laporan keuangan harus menyadari tentang adanya holding gains ini, agar tidak mengambil keputusan yang keliru.
  3. Persediaan merupakan elemen aktiva lancar yang penting, sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Elemen persediaan akan berpengaruh terhadap penentuan laba perusahaan, penentuan tingkat likuiditas perusahaan, dan kebenaran penyajian neraca.
  4. Akuntansi persediaan dapat dilakukan dengan dua cara, sistem berkala, dan sistem permanen. Dalam sistem berkala pembelian barang dagangan atau bahan baku akan dicatat dalam rekening Pembelian. Pada akhir periode akan dihitung jumlah barang atau bahan baku yang masih ada. Kemudian, melalui jurnal penyesuaian terhadap persediaan, barulah dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan atau jumlah pemakaian bahan baku.
  5. Dalam sistem permanen setiap pembelian barang atau bahan baku langsung dicatat dalam rekening Persediaan. Demikian juga pada saat penjualan atau pemakaian barang atau pemakaian baha baku, jumlah harga pokok barang yang dikeluarkan langsung dikredit pada rekening Persediaan, sedangkan debetnya dicatat dalam rekening Harga Pokok Penjualan atau Pemakaian Bahan Baku.

Penilaian Persediaan
  1. Persediaan tidak hanya menunjukkan jumlah persediaan yang berada di gudang perusahaan saja, tetapi meliputi juga barang-barang milik perusahaan yang masih ada dalam perjalanan yang dititipkan pada perusahaan lain (barang konsinyasi), dan barang-barang secara ekonomis masih di bawah penguasaan perusahaan.
  2. Kesalahan penyajian di dalam persediaan akan mengakibatkan kesalahan dalam laporan keuangan. Kegagalan antuk mencatat pembelian dan utang usaha, memang tidak akan berpengaruh terhadap laba perusahaan, tetapi akan berpengaruh terhadap rasio lancar perusahaan.
  3. Persediaan sebagaimana dengan aktiva lain akan dicatat sebesar harga perolehannya (cost) Hinga perolehan persediaan mencakup seluruh beban atau pengeluaran yang diperlukan untuk menempatkan persediaan atau memproses menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Dengan demikian, secara teoretis batas pengangkutan, biaya proses pembelian, biaya penyimpanan harus dialokasikan sebagai bagian dari harga perolehan persediaan.
  4. Beban periode tidak boleh dikapitalisasi dalam persediaan. Namun dalam kasus tertentu (discrete projects) beban bunga yang berkaitan dengan pembuatan kapal atau pembangunan real estate harus dikapitalisasi sebagai bagian dari aktiva yang bersangkutan.
  5. Potongan pembelian harus diperlakukan sebagai pengurang dari pembelian, tidak dicatat sebagai pendapatan lain-lain. Cara pencatatan pembelian dapat dilakukan dengan mencatat pembelian sebesar jumlah brutonya atau mencatatnya sejumlah netonya. Apabila menggunakan cara yang kedua, potongan pembelian yang tidak diambil akan dicatat dalam rekening Kerugian Potongan Pembelian yang akan disajikan dalam perhitungan laba rugi sebagai elemen biaya lain-lain. Jumlah ini dapat digunakan sebagai alat pengukur efisiensi manajer keuangan di dalam mengelola keuangannya.
  6. Persediaan barang dalam proses dan barang jadi berisi kumpulan biaya-biaya, seperti biaya pemakaian bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam perusahaan industri perhitungan biaya pembuatan persediaan ini, biasanya dengan menggunakan skedul laporan tersendiri.

Metode Penilaian Persediaan
  1. Dalam akuntansi persediaan dikenal beberapa metode penilaian, antara lain metode MPKP, MTKP, nilai rupiah MTKP, metode rata-rata, persediaan besi, dan harga perolehan standar. Sebetulnya selain metode-metode di atas terdapat juga metode penilaian yang lain, yang didasarkan pada harga taksiran. Metode harga taksiran ini akan dibahas dalam Modul 7.
  2. Penggunaan metode MTKP akan mengakibatkan laba bersih yang lebih rendah, tetapi akan menaikkan saldo akhir kas. Dalam contoh ini dianggap harga-harga naik, namun apabila harga cenderung menurun akibatnya akan menjadi sebaliknya.
  3. Dalam keadaan harga cenderung meningkat metode MTKP akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah, sedangkan metode MPKP akan menghasilkan nilai persediaan yang mendekati harga yang berlaku. Nilai persediaan yang dihasilkan metode rata-rata akan berada di antara hasil yang dihitung dengan metode MTKP dan MPKP.
  4. Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada metode MTKP dikembangkan metode Nilai-rupiah MTKP. Metode ini digunakan untuk mengatasi pengaruh yang timbul karena adanya kenaikan jumlah unit persediaan lain yang sejenis yang jumlahnya cukup berarti.
  5. Metode penilaian yang lain adalah metode persediaan besi dan harga perolehan standar. Dalam metode persediaan besi ditetapkan lebih persediaan yang harus ada dalam perusahaan, baik dalam unitnya maupun harga per unitnya. Selisih antara persediaan besi dengan persediaan yang ada dinilai sebesar harga perolehannya dan digunakan untuk menambah atau mengurangi jumlah persediaan besinya dalam metode harga biaya standar, persediaan dinilai sebesar harga perolehan standar yang telah ditetapkan di muka. Namun, apabila selisih antara harga standar dengan harga sesungguhnya cukup berarti maka persediaan harus dinilai atas dasar harga sesungguhnya

Penilaian Berdasarkan Harga Terendah Diantara Harga Pokok dan Harga Pasar
  1. Penilaian persediaan berdasarkan harga yang terendah di antara harga pokok dan harga pasar, pada umumnya digunakan jika terjadi manfaat dari persediaan tidak lagi sepadan dengan harga pokoknya.
  2. Beberapa tahap yang harus dilakukan apabila cara penilaian harga yang paling rendah antara harga pokok dan harga pasar akan dipakai, yaitu berikut ini.
    1. Tahap pengumpulan data.
    2. Tahap penentuan batas atas/tertinggi (ceiling) dan batas terendah (floor).
    3. Memilih harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar sebagai dasar penilaian.
  3. Metode harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar dapat diterapkan berdasarkan:
    1. jenis tiap-tiap persediaan;
    2. masing-masing kelompok persediaan;
    3. keseluruhan persediaan.
  4. Akuntansi terhadap rugi penurunan nilai persediaan adalah:
    1. rugi penurunan nilai persediaan, tidak dilaporkan terpisah dari harga pokok penjualan;
    2. rugi penurunan nilai persediaan, dilaporkan terpisah dari harga pokok penjualan digunakan metode:

    3. langsung;



    4. cadangan.



Metode Taksiran
  1. Penentuan jumlah persediaan dapat didasarkan pada harga pokok (cost) yang didasarkan pada hasil perhitungan yang teliti, baik melalui catatan persediaan secara terus-menerus (perpetual inventory method) maupun didasarkan pada hasil perhitungan fisik, kemudian dihitung harga pokoknya secara teliti (physical inventory method). Namun, dalam kaitan adanya kebutuhan informasi secara cepat, baik dalam rangka penyusunan laporan keuangan jangka pendek maupun kebutuhan informasi persediaan untuk tujuan lain, penentuan jumlah persediaan dapat dilakukan secara taksiran, yaitu dengan menggunakan Metode Laba Kotor dan Metode Harga Jual Eceran. Cara yang demikian ini, terutama akan sangat bermanfaat bagi pengusaha Toko Serba ada (swalayan).
  2. Dalam metode laba kotor maka langkah pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan persentase laba kotor. Persentase ini dapat didasarkan pada harga pokok maupun harga jual. Setelah diketahui laba kotornya berikutnya adalah menentukan harga pokok barang yang dijual, yaitu hasil penjualan dikurangi laba kotor. Harga pokok penjualan dikurangkan terhadap harga barang yang tersedia untuk dijual akan dapat diperoleh �jumlah persediaan�.
  3. Dalam metode harga jual eceran maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
    1. Persediaan awal ditentukan nilainya baik berdasarkan harga pokok maupun berdasarkan harga jual eceran
    2. Setiap kali ada pembelian maka harus ditentukan harga pokok maupun harga jualnya.
    3. Menentukan perlakuan terhadap perubahan harga jual eceran (kenaikan harga pembatalan kenaikan harga, penurunan harga dan pembatalan penurunan harga serta potongan-potongan khusus dan adanya barang yang rusak).
    4. Menentukan persentase harga pokok terhadap harga jual dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

      1. Kalau penentuan jumlah persediaan didasarkan pada MPKP maka persediaan awal periode tidak dimasukkan dalam perhitungan.



      2. Kalau penentuan jumlah persediaan didasarkan pada rata-rata maka persediaan awal turut diperhitungkan.



      3. Kalau penentuan jumlah persediaan didasarkan pada MTKP maka digunakan metode nilai rupiah (dengan indeks).



      4. Kalau penilaian persediaan didasarkan pada �yang terendah antara harga pokok dan harga pasar� maka penurunan harga jual eceran tidak diperhitungkan dalam perhitungan persentase harga pokok tetapi ditambahkan pada penjualan.


    5. Menentukan jumlah persediaan berdasarkan harga pokok jual eceran dengan cara mengurangkan hasil penjualan terhadap barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga jual.
    6. Menentukan jumlah persediaan berdasarkan harga pokok dengan cara mengalikan persentase harga pokok (cost ratio) terhadap persediaan berdasarkan harga jual.

Penilain Persediaan Pada Perusahaan Pengolahan dan Kontrak Jangka Panjang
  1. Terdapat 2 cara dalam mengumpulkan biaya produksi pada perusahaan pengolahan. Caranya, yaitu dengan menggunakan bentuk proses dan bentuk pesanan. Perusahaan pengolahan yang menggunakan bentuk proses jika produk atau barang yang dihasilkan homogen, dan menggunakan bentuk pesanan jika barang yang dihasilkan berbeda-beda sesuai dengan permintaan pemesan.
  2. Pengakuan pendapatan dan penilaian persediaan pada kontrak-kontrak jangka panjang ada 2 alternatif sebagai berikut.
    1. Metode persentase penyelesaian.
    2. Metode kontrak selesai.
  3. Pada metode persentase penyelesaian pendapatan diakui selama masa pembangunan secara berkala (prioritas) sejalan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan. Sedangkan pada metode kontrak selesai pendapatan diakui setelah selesainya pekerjaan.

Ruang Lingkup Utang
  1. Utang dapat diklasifikasi menjadi utang lancar dan utang tidak lancar. Utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam waktu perputaran normal usaha mana yang lebih lama. Secara teoretik seluruh utang harus dicatat pada nilai tunainya, namun secara praktis utang jangka pendek tidak didiskontokan. Beberapa jenis utang yang jumlah tidak dapat ditentukan secara pasti ditaksir dan dicatat pads jumlah yang mendekati.
  2. Kewajiban jangka pendek dapat berasal dari kegiatan normal usaha dan dapat berasal dari kegiatan nonusaha. Utang yang berasal dari kegiatan normal usaha adalah utang dagang (utang usaha), sedangkan kewajiban jangka pendek lain, antara lain adalah utang gaji, utang bunga, utang pajak, dan utang wesel. Kewajiban jangka pendek yang akan diperpanjang untuk jangka waktu panjang harus dikelompokkan sebagai utang tidak lancar jika kriteria tertentu dipenuhi.

Akuntansi Utang Lancar
  1. Utang Dagang timbul pada saat penyerahan hak dari kreditor (penjual) kepada debitur (pembeli) atas barang yang dijualbelikan. Akan tetapi, demi kepraktisan, pencatatan utang dagang dilakukan pada saat barang dan atau faktur pembeliannya diterima. Saat transfer of title dapat dibedakan menjadi shipping point dan destination point. Oleh karena mungkin terdapat perbedaan antara saat pencatatan dan pemindahan hak maka perlu dilakukan cut off yang tepat pada waktu akan menyusun laporan keuangan.
  2. Utang Wesel didebit dan dikredit sebesar nilai normal, baik untuk wesel berbunga maupun tidak berbunga. Di dalam Neraca, wesel tidak berbunga dilaporkan sebesar nilai nominal. Jika wesel berbunga maka bunga yang terutang sampai tanggal neraca juga harus dilaporkan menambah nilai nominal.
  3. Dividen Kas sah menjadi utang perusahaan jika sudah diumumkan secara resmi oleh Direksi atas pembagian laba kepada para pemegang saham.
  4. Utang Pajak Penghasilan adalah pajak penghasilan perusahaan yang terutang atas laba bersih yang diperoleh selama satu tahun. Sedangkan utang Pajak Penghasilan Karyawan merupakan pajak penghasilan karyawan yang dipotong oleh perusahaan tetapi belum disetorkan ke Kas Negara.
  5. Utang Bonus merupakan jumlah bonus yang terutang kepada karyawan. Bonus dapat dihitung dengan dasar penjualan dan dasar laba. Jika laba yang menjadi dasar perhitungan bonus maka bonus dapat ditentukan dari 4 alternatif, yaitu. (1) bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak, (2) bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus, tetapi sebelum dikurangi pajak, (3) bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak tetapi sebelum dikurangi bonus dan (4) bonus dihitung dari laba bersih sesudah dikurangi bonus dan pajak.

Pembiayaan dengan obligasi
  1. Utang jangka panjang dalam neraca disajikan sebesar nilai tunainya, yaitu jumlah kas yang diperlukan seandainya utang jangka panjang tersebut dilunasi sekarang. Utang hipotek adalah utang yang dijamin dengan harta tetap dan pelunasan dilakukan dengan cara cicilan. Pada saat pembayaran debitur harus memisahkan jumlah yang merupakan pembayaran untuk bunga dan pembayaran untuk pengembalian pokoknya.
  2. Jenis dan jumlah obligasi bervariasi. Obligasi dapat diterbitkan oleh pemerintah atau oleh perusahaan, dapat diterbitkan dengan jaminan atau tidak, dapat atas nama atau pembawa. Namun demikian, setiap jenis obligasi memiliki sifat-sifat umum yaitu merupakan pinjaman uang sekarang yang akan dilunasi pada waktu yang akan datang. Hampir pads semua obligasi terdapat pembayaran bunga secara berkala. Harga pasar obligasi dihitung dengan menggunakan teknik nilai tunai dengan memakai tingkat bunga pasar. Selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya dicatat sebagai diskonto atau premium yang akan diamortisasi dari waktu ke waktu. Saat obligasi dilunasi akun utang obligasi dan premium (diskonto) ditutup oada saat dibayar. Obligasi dapat dibiayai kembali sebelum atau pada saat jatuh tempo. Setiap keuntungan atau kerugian akibat penebusan obligasi dilaporkan sebagai pos-pos luar biasa.

Investasi Jangka Pendek
  1. Investasi jangka pendek yang nama rekening buku besarnya sering disebut Surat Berharga adalah dalam rangka memanfaatkan kelebihan kas atau adanya uang tunai yang sementara tidak digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari. Investasi jangka pendek dapat berupa saham, obligasi atau sertifikat Bank Indonesia ataupun bentuk investasi lainnya.
  2. Pembelian surat berharga akan dicatat sebesar harga perolehannya, yaitu harga kurs beli ditambah biaya pembelian yang terjadi.
  3. Penjualannya dicatat pada rekening Surat Berharga sebelah kredit sebesar harga perolehannya, sedangkan selisih antara harga jual dengan harga perolehannya merupakan Laba/Rugi Penjualan Surat Berharga.
  4. Dalam pembelian dan penjualan surat berharga dalam bentuk obligasi harus diperhatikan adanya bunga berjalan, yaitu bunga antara tanggal pembayaran bunga obligasi atau pembelian tersebut. Bunga berjalan selalu menambah jumlah uang yang harus dibayar/diterima.
  5. Persediaan Surat Berharga pada akhir tahun harus disajikan pada neraca sebesar berikut.
    1. Harga perolehan (cost).
    2. Terendah antara harga perolehan dengan harga pasar (cost of market whichever is lower).
    3. Harga pasar (market)

Investasi Jangka Panjang Saham
  1. Investasi Jangka Panjang saham merupakan investasi yang dilakukan dalam jangka panjang pada saham yang dikeluarkan oleh perusahaan lain. Saham bisa berupa saham biasa dan saham prioritas.
  2. Akuntansi untuk investasi saham terdiri dari investasi pada saat pertama kali saham diperoleh, selama masa investasi dan saat penjualan serta saat penarikan oleh perusahaan penerbit.
  3. Dalam neraca, investasi jangka panjang saham dilaporkan sebesar harga perolehannya. Jika diketahui harga pasarnya maka agar lebih informatif, investasi perlu dijelaskan nilai pasarnya itu, misalnya dalam tanda kurung.

Investasi Jangka Panjang Obligasi
  1. Investasi jangka panjang pada obligasi merupakan penanaman dana di luar perusahaan dengan cara membeli obligasi perusahaan lain dengan maksud untuk memperoleh pendapatan berupa bunga periode yang jumlahnya tetap. Harga obligasi di pasar uang dan modal ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Harga yang terjadi pada akhirnya adalah nilai tunai dengan cost of capital tertentu dari bunga periode yang diterima di masa yang akan datang ditambah dengan nilai jatuh temponya. Apabila bunga efektif lebih tinggi daripada bunga nominal maka nilai obligasi berada di bawah nilai nominal dan sebaliknya. Apabila bunga efektif sama dengan bunga nominal maka nilai obligasi sama dengan nilai nominalnya.
  2. Investasi pada obligasi ini dicatat sebesar harga perolehannya. Jika harga perolehan lebih besar daripada nilai nominal maka selisih antara harga perolehan dan nilai nominal merupakan agio bagi investor. Agio ini harus diamortisasi selama masa pemilikan terhitung sejak tanggal pembelian sampai dengan tanggal penjualan sesuai dengan rencana. Amortisasi agio dicatat sebagai pengurangan pendapatan bunga. Sedangkan disagio yang juga diamortisasi selama masa pemilikan akan dibebankan sebagai penambah pendapatan bunga. Baik amortisasi agio maupun disagio dapat menggunakan dua alternatif metode, yaitu metode garis lurus dan metode bunga efektif.
  3. Pada saat penjualan baik sebagian ataupun seluruhnya, rekening Investasi Jangka Panjang � Obligasi dikredit sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi agio yang sudah diamortisasi atau ditambah amortisasi disagio yang sudah dilakukan. Selisih antara nilai buku dan harga jual kembali merupakan rugi-laba. Rugi laba ini dilaporkan sebagai rugi-laba di luar usaha.
  4. Investasi Jangka Panjang � Obligasi dilaporkan sebesar nilai bukunya. Jika pada tanggal laporan diketahui harga pasarnya maka agar lebih informatif harga pasar ini perlu dijelaskan.
Sumber buku Akuntansi Keuangan Menengah karya Sugiarto
Untuk memudahkan anda dalam memahami materi dan untuk bahan presentasi,,berikut telah kami siapkan materi versi ppt yang bisa anda download di link bawah ini..

DOWNLOAD.ppt
Materi Terkait :


Demikianlah Artikel Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ]

Sekianlah artikel Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ] dengan alamat link http://diktrus.blogspot.com/2011/01/kas-piutang-persediaan-utang-investasi.html

0 Response to "Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi, [ diktrus akutansi ] "

Posting Komentar